Ukir Kayu Jepara, Mahakarya Indonesia yang Ditakuti Dunia

sepedaku.org – Kalau ada satu nama di Indonesia yang membuat pecinta furnitur dunia langsung tunduk hormat, itu adalah Jepara. Bukan sekadar kota kecil di pantai utara Jawa Tengah, tapi ibu kota ukir kayu dunia yang sudah berusia lebih dari 500 tahun. Dari istana kerajaan Eropa sampai rumah-rumah miliarder di Dubai dan Los Angeles, hampir pasti ada sentuhan tangan pengrajin Jepara di sana.

Sejarah: Lahir dari Cinta R A dan Ratu Kalinyamat

Ukir kayu Jepara tidak muncul begitu saja. Akarnya bisa ditelusuri sampai abad ke-16, saat Ratu Kalinyamat (1550–1579) memerintah Kerajaan Jepara-Kalinyamat. Beliau mengundang pengukir terbaik dari China, Persia, dan Gujarat untuk mengajar para pengrajin lokal. Hasilnya? Gaya ukir Jepara yang khas: perpaduan elegan antara motif Jawa (gunungan, mega mendung, truntum), flora-fauna tropis, dan sentuhan Tionghoa (naga, burung phoenix), serta kaligrafi dan sulur-sulur Islam.

Puncak kejayaan terjadi pada masa Kartini (akhir abad 19). Putri Jepara itu sendiri aktif memasarkan ukiran Jepara ke Belanda lewat surat-suratnya kepada teman-temannya di Eropa. Sejak saat itu, nama Jepara meledak di pameran dunia (Paris 1900, Chicago 1933, dll).

Ciri Khas Ukir Jepara yang Tak Bisa Ditiru

  1. Motif 3D full relief Bukan sekadar ukir datar. Daun, bunga, burung, sampai rambut wayang terlihat “hidup” karena diukir sampai tembus (transparan).
  2. Finishing halus seperti kulit bayi Kayu diampelas sampai 2000 grit, lalu dipelitur manual berkali-kali hingga mengkilat seperti cermin.
  3. Motif legendaris
    • Gebyok (pintu ukir rumah adat Jawa)
    • Relief Ramayana & Mahabharata
    • Kaligrafi Arab berpadu sulur daun
    • Motif “Jepara Leaf” (daun bawang khas yang meliuk anggun)
  4. Kayu pilihan 90 % pakai kayu jati tua (Tectona grandis) dari Perhutani. Sisanya mahoni, sonokeling, atau trembesi untuk gaya modern.

Jepara Sekarang (2025): Industri Rp15 Triliun

  • Ada lebih dari 15.000 usaha mebel & ukir (dari rumahan sampai pabrik besar)
  • Mempekerjakan hampir 250.000 orang — hampir setengah penduduk Jepara!
  • Ekspor tahunan mencapai US$1 miliar (sekitar Rp15–16 triliun) ke 120+ negara
  • Negara tujuan utama: AS (35 %), Belanda, Prancis, Australia, Arab Saudi, Qatar

Beberapa brand Jepara yang sudah mendunia:

  • Wisanka
  • CV. Karya Priboemi
  • Jepara Art Furnicraft
  • Vinoti Living
  • Ancient & Oak

Pengrajin Jepara vs Dunia

Pernah ada cerita nyata: seorang kolektor furnitur dari Italia membawa contoh kursi ukir buatan pengrajin Florence (yang sudah dihargai €25.000) ke Jepara. Ia minta dibuatkan yang sama. Hasilnya? Pengrajin Jepara membuat versi yang lebih detail, lebih halus, dan hanya minta bayaran €4.000. Kolektor itu langsung pesan 50 set dan bilang: “We can’t compete with Jepara. It’s not fair.”

Ancaman dan Harapan

Meski jaya, ukir Jepara sedang menghadapi badai:

  • Kayu jati semakin langka dan mahal (harga jati per kubik bisa Rp35–50 juta)
  • Generasi muda banyak yang lebih suka jadi Tiktoker daripada belajar mengukir
  • Serbuan furnitur murah dari China dan Vietnam

Tapi ada juga angin segar:

  • Banyak pengrajin muda yang menggabungkan ukir tradisional dengan desain Skandinavia/minimalis (tren Japandi)
  • Pemerintah membangun Sekolah Menengah Kejuruan Ukir dan Desain Furnitur di Jepara
  • Munculnya platform seperti Qeong.com dan JeparaExport.com yang langsung menghubungkan pengrajin dengan pembeli luar negeri

Kalau Kamu Mau Punya Ukir Jepara Asli

  1. Hindari “Jepara KW” di marketplace murah (banyak yang cuma stiker “Jepara” tapi kayunya campuran)
  2. Cari yang punya sertifikat SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu)
  3. Kalau bisa, datang langsung ke desa-desa pengrajin: Tahunan, Senenan, Mlonggo, atau Desa Sukodono

Satu kursi makan ukir full jati bisa memakan waktu 2–3 bulan pengerjaan oleh satu orang pengukir. Ketika kamu duduk di sana, kamu tidak cuma duduk di kursi — kamu duduk di atas sejarah, kesabaran, dan kebanggaan sebuah bangsa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *