sepedaku.org – Ponsel modular kini mulai kembali diperbincangkan seiring meningkatnya kesadaran akan limbah elektronik dan kebutuhan akan perangkat yang dapat diperbaiki dengan mudah. Berbeda dengan ponsel konvensional, ponsel modular memungkinkan pengguna mengganti bagian tertentu seperti kamera, baterai, atau layar tanpa harus mengganti seluruh perangkat.
Konsep ini memberikan experience yang lebih berkelanjutan. Misalnya, jika kamera rusak, pengguna cukup mengganti modul kameranya saja. Ini tidak hanya menghemat biaya, tetapi juga mengurangi limbah elektronik yang selama ini sulit terurai.
Dari sisi expertise, perusahaan seperti Fairphone dan Framework Phone menjadi pelopor teknologi ini. Mereka menyediakan dokumentasi terbuka, suku cadang yang mudah dibeli, dan panduan perbaikan yang dapat diakses publik. Ini membuat pengguna awam pun bisa mencoba memperbaiki perangkatnya sendiri.
Untuk authoritativeness, banyak organisasi lingkungan seperti Greenpeace memberi nilai tinggi pada produk modular karena pendekatan mereka yang ramah lingkungan. Selain itu, lembaga Eropa seperti Uni Eropa juga mulai mendorong adopsi perangkat yang dapat diperbaiki guna mendukung ekonomi sirkular.
Secara trustworthiness, produk modular biasanya diproduksi dengan prinsip transparansi: mulai dari asal bahan baku hingga proses produksi yang adil dan etis. Beberapa bahkan menggunakan bahan daur ulang dan memastikan tidak ada praktik eksploitasi dalam rantai pasoknya.
Meski belum sepopuler smartphone flagship, ponsel modular menunjukkan masa depan gadget yang lebih bijak: mudah diperbaiki, ramah lingkungan, dan mendukung hak pengguna atas perangkat miliknya sendiri. Sebuah langkah maju menuju teknologi yang lebih bertanggung jawab.
